Ilwis #1: Belajar lagi..

Halooooo, teman-teman! Ini tulisan pertama ku setelah memutuskan untuk balik blogging lagi😆. Sebenarnya banyak ketakutan yang aku emban untuk kembali menulis lagi di sini😓, tapi hari ini entah datang keberanian dari mana, aku ingin banget menulis. Aku kangen suasana hatiku sendiri tiap selesai rampung satu tulisan di sini. Aku kangen mood baik yang aku bawa seharian tiap selesai upload tulisan di sini. Aku juga kangen feedback positif yang bikin aku guling-guling di kamar saking senangnya dari tulisanku di sini. Aku kangen ashahala yang seperti itu🤧.

Ada banyak yang ingin aku ceritakan ke teman-teman kalau kembali nulis di sini. Aku ingin memperkenalkan Instagram ashahala, tempatku pindah menulis ketika hiatus disini. Aku juga ingin ceritakan perkembangan ku dari terakhir upload sampai sekarang karena banyak sekali hal sudah aku lewati dan banyak cerita lainnya😄. Tapi tenang, karena aku punya banyak waktu untuk itu semua dan aku tau punya teman-teman seperti kalian yang akan jadi rumah tempatku cerita kapan pun😋.

Nah, di tulisan pertama ini aku ingin update terlebih dahulu tentang profesi utama ku yang sudah berubah. Hehe, apakah aku harus berkenalan lagi🫣? Soalnya perkenalan ku di awal sudah tidak berlaku. Aku bukan lagi “anak SMA yang ga sekolah di SMA”, sekarang aku mahasiswa😝. Hehe, aku mahasiswa. Agak geli ya sebut itu dari mulutku sendiri😖. Tapi ya, itu perkenalan ku. Sekarang aku mahasiswa yang masih berusaha cari pekerjaan lain yang punya masa berlaku lebih lama. Hah? Masa berlaku🤔?

Yap! Itu kita bahas nanti saja🥲🙏. Sekarang kita bahas tentang aku yang belajar lagi dulu, okay😉? Kalau ga salah, dulu aku sempat bilang kalau aku sudah muak belajar. Di SMA, aku sekolah untuk alasan lain selain belajar di kelas. Tapi sekarang, aku belajar lagi. Sesuai judul tulisan ini, aku belajar lagi👏✨. Kali ini aku berusaha untuk benar-benar belajar. Alasannya karena aku punya mimpi yang butuh ilmu dan usaha yang banyak lewat belajar. Mimpinya mungkin belum berani aku buka disini. Tapi, aku tetap ingin cerita bagaimana proses ku hingga ada keinginan belajar lagi. Boleh kan🤗? Hehe.

Oke, kita mulai dari akhir masa SMA ketika aku sudah se-muak itu dengan belajar sampai hilang keinginan untuk kuliah. Padahal waktu itu hampir semua temanku sibuk latihan soal sana sini untuk ujian masuk universitas, aku malah berusaha cari alasan untuk ga kuliah😅. Ya sebenernya ga harus cari alasan sih. Aku memang ada alasan pribadi lain yang bikin aku lebih baik ga kuliah. Tapi tetap susah untuk jelaskan ke orang lain yang terlanjur taruh ekspektasi banyak untuk pendidikan ku🥲. Makanya aku tetap ikut ujian masuk universitas waktu itu tanpa harapan apapun.

Hasilnya aku gagal🤌. Ya ga aneh sih, toh aku ga lakukan persiapan maksimal dan ga ada keinginan juga, jelas gagal. Tapi di sana aku ga sedih sama sekali😅, aku malah amat sangat bersyukur karena jadi punya banyak waktu untuk kerjain hal lain yang lebih urgent dan mulai cari tau lagi tentang mimpi yang aku mau. Makanya saat itu, 2021, aku maksimal kerjain ashahala, aku fokus ngajar juga dan mulai banyak lihat kebelakang apa yang sudah aku lewati🧐. Terlebih, aku juga sakit waktu itu.

Tentang sakitku juga akan aku ceritakan lain waktu setelah aku siap yaa teman-teman. Walau sebenarnya pernah aku sampaikan juga sih dulu, tapi gapapa. Akan aku ceritakan nanti setelah benar-benar nyaman lagi dengan semua ini😉👌. Oke, sampai mana tadi? Gagal ujian ya. Di fase setelah gagal itu, hal pertama yang aku renungi adalah bidang garapan yang aku kejar selama ini. Dari SD sampai SMA, aku banyak terjun di bidang science nih teman-teman. Aku suka banget sama matematika🫨. Walau ga ada bakat di sana, aku beneran suka sama matematika. Aku tau bakat itu bukan sesuatu yang penting karena kerja keras bisa susul semuanya. Tapi nggak buatku.

Aku banyak merenungi perjalanan yang aku lewati di matematika😵‍💫. Lomba, olimpiade dan lain sebagainya aku lewati cuma atas dasar suka. Aku juga udah ketemu banyak orang dengan bakat dan kerja keras yang membuahkan hasil😞. Ada orang yang memang berbakat di sana, aku kenal dia dan tau bagaimana cara kerjanya di bidang tersebut. Gitu juga dengan orang tanpa bakat tapi punya kerja keras. Aku bisa bedakan keduanya hingga tau aku bukan salah satu dari semua itu. Makanya aku memutuskan untuk keluar dari sana dan mencari bidang lain untuk di tekuni😔.

Kesibukanku saat itu adalah nulis dan ngajar. Saat itu aku banyak cari tau dan renungi tentang mimpi, passion, hobi, dan lain sebagainya yang arahkan aku untuk mengerti apa yang aku suka dan dimana bakatku kalo bukan matematika🤔. Jawaban yang aku ketahui waktu itu, aku suka sekali menulis. Beda dengan matematika, aku lihat masa depan dari menulis😬. Ga seperti matematika yang abu di bayanganku ketika bahas masa depan, dunia menulis sedikit cerah saat itu. Lalu tentang bakat, sebenarnya aku masih tidak terlalu yakin juga mengatakan ini sebuah bakat, tapi aku sedikit melihat bakatku dalam mendidik seseorang😅🤏🙏. Ini bukan sesuatu yang aku suka, bukan sesuatu yang aku latih, tapi aku banyak sekali berhasil dalam hal ini. Tentu ini juga berbeda dengan matematika. Aku melihat ciri-ciri teman yang bakat dalam matematika di diriku dalam membuat seseorang paham🤠.

Tentu dua hal itu sangat mungkin berubah suatu waktu. Aku mungkin menemukan bakat dan menumbuhkan rasa suka pada bidang yang lain nanti, tapi saat itu aku sangat mantap dengan keputusan keduanya💪. Walau gitu, aku masih belum ada keinginan sama sekali untuk kuliah karena sakitku waktu itu semakin parah sampai aku ga kepikir sama sekali untuk urusan seperti itu🤕. Makanya aku terus fokus selesaikan semuanya saja semampuku. Tapi siapa kira, rejeki memang tidak ada yang tahu. Ternyata aku berhasil lewatin masa krisis fase sakitku itu dan datang ke waktu ujian masuk universitas kembali dilaksanakan🤓.

Waktu itu, ada orang lain yang lebih mengharapkan kuliahku dibanding diriku sendiri. Ada beberapa orang yang ingin banget lihat aku kuliah dan satu diantaranya sampe bantu carikan jurusan dan tes masuk yang bisa aku lewati🥹🫶. Aku dipaksa belajar lagi untuk persiapan ujian itu dalam waktu sedikit. Di titik itu aku merasa ga bisa lagi egois tentang diriku sendiri ketika orang lain di sekitarku taruh harap yang banyak untuk itu✍️. Makanya aku iya kan saja ajakannya dan belajar dengan sungguh-sungguh🤓💪.

Aku ikut beberapa ujian waktu itu. Pertama ada utbk, yang sekarang disebut snbt.😵‍💫 Di sana aku pilih jurusan sastra dan bahasa Indonesia dan teknologi pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Kedua jurusan itu temenku yang pilih. Begitu juga dengan ujian kedua, yaitu ujian mandiri UIN Bandung😵. Di sana aku pilih jurusan manajemen keuangan syariah dan ekonomi syariah. Itu pun masih teman yang sama yang usulkan. Katanya, lewat utbk aku dedikasikan bidang baru yang aku lihat masa depanku di dalamnya dan ujian mandiri UIN itu akan aku dedikasikan untuk bidang lama hanya untuk jaga-jaga kalau saja bidangku memang di sana. Ketiga, aku ikut kedinasan🫨. Ini satu-satunya yang atas mauku sendiri. Aku ga ingin kuliah tapi mau aja kalau kedinasan. Alasannya karena uang dan umur. Kuliah mungkin bisa aku kejar kapanpun ketika keinginan untuk kuliah itu mulai datang lagi, tapi kedinasan ga bisa karena ada batasan umur di dalamnya. Jadi, total ada tiga tes yang aku ikuti waktu itu🤟.

Ketiga tes itu aku persiapkan kurang dari tiga bulan🥲🤌. Bebannya saat itu adalah semua jurusan yang diambil bukanlah saintek ketika aku lulusan IPA. Agak miris sih, tapi aku jalani. Dari tiga bulan itu, benar-benar belajar seriusnya cuma sekitar satu bulan terakhir😐. Dua bulan pertama penuh dengan proses lawan rasa malas😮‍💨. Ya bagaimana lagi teman-teman? Anak yang sudah ga mau kuliah dipaksa belajar untuk ikut ujian tuh susah. Ditambah keadaannya aku udah lama banget ga belajar. Tiba-tiba belajar di bidang ilmu yang berkebalikan (soshum) tuh gimana ceritanya sih🥴?! Wkwkwk.

Untungnya di satu bulan terakhir aku beneran membangkitkan sisi gila belajar yang udah lama tidur di diri ini😤. Kalo buka binder waktu itu, aku sendiri aga ga percaya semua itu dipelajari dalam satu bulan, tapi mau ga mau harus percaya karena hasilnya jelas aku terima😅. Ketiga ujian itu aku lolos🐋✨. Dua yang pertama aku lolos maksimal dan satu lainnya baru lolos tes tulisnya saja. Soalnya kedinasan itu tes nya banyak sekali teman-teman🥹🤌. Waktu itu yang berbarengan dengan pengumuman tes 2 ujian lainnya adalah tes tulis tahap 2. Di sana aku benar-benar bangga dan senang akan diriku sendiri. Walau aga setengah percaya, tapi aku senang karena akhirnya bisa lihat senyum orang-orang yang berharap aku ada di posisi itu🥹🤲. Ga cuma mereka, tapi juga orang tua dan keluarga.

Untukku, kegiatan selama gap year adalah kegiatan yang aman-aman saja karena aku senangi dan cukup untuk menghidupi diriku sendiri. Aku senang menulis dan ngajar, aku dapet uang dari sedikit kegiatan lain juga🥹. Buatku itu sangat cukup. Tapi di mata keluarga tentu kurang. Terlebih profesi guru les dan mengaji saat itu dipandang setengah mata untuk mereka😮‍💨. “Memang dapet berapa sih dari jadi guru?”, “Nunggu dinikahin aja ya?”, “Ga iri lihat temen yang lain pada kuliah?” dan lain sebagainya. Sebenarnya aku gapapa dengan pertanyaan itu. Soalnya kalo bicara uang, dari ngajar jelas ga ada. Tapi aku gapapa karena bukan ngajar demi uang. Orang tua dan kakakku juga ngerti itu. Tapi aku tetep takut pertanyaan itu ga cuma berhenti di diriku tapi nyampe juga ke mereka😞. Makanya waktu dapet 3 pengumuman lolos di waktu berdekatan itu, aku bisa dengan bangga jelaskan kalau dulu aku menang ga mau kuliah, suka ngajar dan bahagia dengan kegiatanku saat itu, bukan karena ga mampu🫠👌.

Duh agak geli ya, tapi begitulah waktu itu. Harap di maklum ya teman-teman, memang terdorong puber juga nih si zia saat itu😅🙏. Yap kita lanjut, setelah 3 pengumuman itu, aku masih belum bisa memutuskan akan pilih yang mana karena satu lainnya masih belum selesai. Masih ada beberapa tes lain di kedinasan🫨. Selama beberapa bulan aku terus lanjut tes sampai akhirnya gugur di tahap kesehatan. Alasan gugurnya memang ga dikasih tahu, tapi dugaanku karena gigi😬. Gigiku jelek teman-teman. Aku pakai 2 gigi palsu yang jadi alasan kesehatanku tidak sesuai persyaratan saat itu. Jadi aku gagal😮‍💨. Agak sedih sih karena persiapanku untuk beberapa tes setelah tes kesehatan itu cukup memakan waktu dan energi, tapi gapapa. Aku ga gitu lama sedih karena selama rangkaian tes itu aku banyak dapat pengalaman baru✨. Bolak-balik Jakarta sendirian, latihan keras buat tes kebugaran, sampe cerita panjang tentang tes kesehatan. Semuanya aku rasa sepadan😋.

Selesai kegagalan di tes kedinasan itu, aku segera ambil waktu untuk merenungi akan pilih mana dari 2 jurusan yang bisa aku ambil saat itu. Lewat utbk, aku lolos di pilihan pertama yaitu jurusan teknologi pendidikan (tekpend) UPI dan lewat ujian mandiri UIN Bandung, aku lolos di pilihan pertama yaitu manajemen keuangan syariah (MKS). Jujur aja temen-temen🥹, di saat itu pun aku masih belum ada keinginan kuliah🙏. Hiks. Sampai untuk memutuskan pilih yang mana pun aku masih minta saran dan masukan dari orang sekitar🫠. Hasilnya, mayoritas minta aku pilih tekpend aja. Ada yang bilang karena kampusnya, ada juga yang kasih rasionalisasi karena bidang garapan tekpend lebih cocok untukku. Akhirnya aku pilih itu, ditambah keputusan dari bapakku yang ternyata ga kasih izin untuk ambil MKS UIN dengan alasan ga boleh kost disana dan ga suka sama jurusannya. Agak aneh sih beliau, tapi gapapa kita terima saja. Soalnya yang akan membiayai saya saat itu adalah beliau🥲🤲. Walau sebenarnya alasan lain aku kuliah karena ingin kost, tapi gapapa. Pokonya gapapa aja deh, aku ga ada hak untuk banyak ngeluh juga saat itu, jadi isokey~.

Dengan begitu, masuklah aku di Tekpend UPI🤓✨. Dikit lucu, waktu itu saking ga niatnya aku kuliah, aku sampe lupa cari grup maba untuk info ospek dan mepet masa ospek baru temenku yang ngingetin dan cariin grupnya. Aga ngakak sih waktu itu, hampir aja aku ga ikut ospek setelah sebelumnya bahkan telat daftar ulang🙃🙂🙃🙂. Ga telat sih, cuma bener-bener mepet nyiapin beberapa berkas untuk keperluan UKT karena alasan yang sama.

Di awal masuk tekpend, aku mulai berusaha untuk ga bergantung sama temanku🤧💪. Selain beliau juga sibuk kuliah dan organisasi, aku cuma ngerasa gatau diri aja kalo masih bergantung keputusannya. Makanya aku mulai serius cari tau akan ngapain di kuliah ini selama semester satu. Aku banyak serius di kelas, cari passion disana. Aku ikut UKM yang ada kaitannya dengan menulis untuk menunjang kebutuhanku di ashahala dan aku mulai ngajar lagi😵‍💫. Oh iya! Jadi di fase persiapan ujian masuk universitas itu, alasan aku bisa fokus belajar dalam sebulan karena aku berhenti ngajar juga berhenti nulis. Yap! Waktu aku closing hiatus tuh untuk nyiapin ujian dan aku kalo ga salah bilang juga aku sakit dan sedang berusaha sembuh. Nah, di awal masuk kuliah ini aku fokus memulai lagi semuanya. Aku punya 3 fokus garapan saat itu, kuliah, nulis dan ngajar. Semester satu ku penuh dengan itu dan adaptasi setelah sembuh🌬️.

Pertanyaannya, apa yang aku dapat setelah menghabiskan 1 semester untuk semua itu🐾? Wkwkwk aku membuat renungan keras waktu itu. Setelah 1 semester beradaptasi dengan dunia dan garapan baru gila-gilaan. Aku pulang kampung sebulan untuk renungan😅. Aku stop semua kegiatan dan benar-benar meditasi. Hasilnya, aku menemukan mimpiku🐋✨. Hehe. Dalam renungan itu aku jadi tahu kalau aku ga akan mampu eksekusi semuanya. Aku harus mulai fokuskan kegiatanku. Aku pilih dimana aku akan meningkatkan dedikasi dan dimana aku akan mundur. Untuk ashahala, aku pilih untuk ikhlaskan blog dan fokus garap Instagram. Setidaknya satu tahun itu aku akan garap Instagram saja sambil buat planning akan bagaimana nasib blog ini kedepannya karena saat itu bidang garapan blog ashahala mulai tercampur antara drakor dan blog pribadi. Lalu untuk ngajar, aku putuskan untuk mengurangi porsinya. Aku berhenti ngajar les dan fokus di ngajar ngaji saja.

Alasanku mengurangi porsi dua kegiatan itu adalah untuk lebih fokus di hal lain. Pertama, aku ingin mulai bangun rasa suka di tekpend🍄. Ga bisa dipungkiri aku lihat banyak hal lain di tekpend dibanding matematika. Aku lihat banyak masa depan di tekpend. Banyak keresahan selama ngajar yang terjawab di tekpend selama satu semester aku belajar itu🤠. Makanya aku ingin fokus belajar tentangnya untuk ngajar yang lebih baik dan bangun masa depan nantinya. Ga cuma itu, mimpiku juga dibangun lewat tekpend. Kedua, tentang mimpi itu sendiri💐. Di Januari 2023 aku pulang kampung untuk merenungi itu, mimpiku masih sebatas kalimat angan-angan saja. Aku butuh waktu untuk rancang step yang harus aku lewati. Aku harus cari tau banyak tentang mimpinya dan persiapkan banyak hal sebagai awal😮‍💨. Ketiga, aku butuh membiasakan diriku yang baru setelah sembuh dari sakit panjang yang udah aku lewati. Ternyata 1 semester aku menunda adaptasi kesembuhanku🥲🤲. Makanya di satu tahun berikutnya aku harus fokus adaptasi dan kasih banyak sugesti kalo aku bener-bener sembuh, supaya selama garap mimpi itu, aku ga akan terhantui rasa sakit yang sudah lewat😉👌.

Untuk semua alasan itu, selama renungan aku juga mulai journaling💫. Yap! Untuk semuanya aku butuh tracker yang aktif. Jangan sampai aku keluar jalur atau malah hilang arah lagi. Aku harus selesaikan semua misi tepat waktu. Makanya aku pakai bantuan journaling. Sambil setahun journaling lagi, aku berusaha fokus garap semua hasil renungan tersebut💪. Lalu kini, 2023 yang sudah lewat itu membuahkan banyak hasil. Mimpiku sudah mantap sekarang. Aku sudah mulai garap mimpinya. Aku juga sudah benar-benar sembuh. Kini, aku belajar atas mauku sendiri. Aku belajar karena mimpiku. Aku udah membangun kembali kebiasaan belajar yang aku hilangkan semasa SMA itu. Aku juga bukan belajar karena paksaan temanku lagi. Sekarang karena mimpi ini, aku belajar sebaik mungkin semampuku untuk wujudkan semuanya. Aku.. belajar lagi!

Sekian, see you!

Ps: aku titip link ngl di sini ya! Temen-temen boleh isi dengan apapun, mau curhat, tanya, kasih topik obrolan untuk dibahas di Ilwis episode selanjutnya pun boleh sekali! Apapun itu yang ingin temen-temen bahas secara anonim. Aku akan sangat berterimakasih kalo temen-temen isi itu (tambah sedikit terharu, mungkin). Isi ya!

https://ngl.link/ziahdyt 

Komentar