Ilwis #4: Apa itu produktif?
Hai!
Aku terinspirasi dari salah satu postingan di Instagram yang bahas gimana caranya seorang jerome polin menjadi seseorang yang produktif. Jerome Polin sendiri punya beberapa image kan ya di mata netizen, sebagai mahasiswa matematika, youtuber dan owner menantea. Beberapa image yang buat orang bertanya tanya bagaimana ia bagi waktu untuk semua produk yang ia hasilkan itu. Di postingan yang kutonton itu membahas bagaimana jerome polin memanfaatkan waktunya untuk semua itu. Sangat menarik. Sekilas ingin kubahas tentang manajemen waktu, tapi nanti dulu, karena disini aku malah lebih ingin bahas bagaimana seseorang jadi produktif yang terjawab dengan bagaimana jerome polin mengatur waktunya itu.
Sebelum kesana, memang produktif itu apa sih? Dalam KBBI sendiri produktif itu berarti bersifat atau mampu menghasilkan. Sehingga menjadi manusia yang produktif bisa diartikan sebagai seseorang yang memiliki sifat atau kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dalam hidupnya. Seperti jerome tadi yang mampu menghasilkan konten edukasi dan menghibur, juga membuat produk fnb ditengah kesibukannya sebagai mahasiswa. Akan tetapi, tentu tidak semua manusia produktif berarti menghasilkan produk sebesar dan sekeren jerome polin. Karena bagiku sendiri, menjadi produktif itu ketika kita bisa menghasilkan sesuatu dari apa yang kita lakukan dan aku juga memaknai itu sebagai cara menjadi bermanfaat dalam hidup.
Produknya tidak selalu harus yang dibutuhkan oleh banyak orang, atau disukai oleb semua orang. Jika hanya diri kita yang merasakan manfaat dari produk itupun menurutku tetap mengartikan keberhasilan sebagai manusia yang produktif. Nah, setelah mulai memaknai produktif, mungkin akan timbul pertanyaan
Terus gimana caranya jadi produktif?
Dari yang kulihat di postingan instagram itu, salah satu kiat menjadi produktif yang dilakukan jerome polin adalah dengan memanfaatkan waktu luangnya. Ia menggunakan waktu luang itu untuk menghasilkan sesuatu juga, dengan contoh jerome polin yang memanfaatkan waktu scrolling sosmednya dengan mengumpulkan ide untuk konten yang dibuatnya. Hmm sampe sini, bahasan ini jadi menarik buatku. Karena ternyata itupun aku terapkan dalam diriku sendiri selama ini.
Mungkin bagi sebagian orang, memanfaatkan waktu luang adalah hal yang tidak sehat. Apalagi contoh yang dikasihnya adalah "waktu scrolling sosmed" yang biasanya dijadikan orang sebagai waktu istirahat atau hiburan singkat harian. Memang betul, akupun awalnya berpikir demikian. Tidak hanya aku yang dulu, bahkan orang baru disekitarku sekarangpun kerap mempertanyakan hal yang sama.
"Ngapain sih?"
Contohnya pada diriku adalah dalam menonton drama. Bagi khalayak, nonton drakor itu adalah hiburan. Tidak, bahkan bagiku pun awalnya demikian. Hingga akhirnya aku menjadikan itu bahan untuk isi tulisan ashahala, semuanya berubah (jangan baca pake nada opening avatar aang). Sekarang, aku ga lagi nonton untuk hiburan, untuk dinikmati sebagai kesenangan, tapi untuk bahan tulisan. Aku ga lagi nonton drama yang ingin kutonton, tapi nonton drama yang ingin kubahas. Selama nonton, ga lagi sambil enjoy nikmatin alur cerita, tapi sambil ancang ancang buka catetan takutnya tbtb ada bahan yang bisa ditulis.
Oke, perubahan itu bagi sebagian orang terlihat sebagai sesuatu yang tidak sehat. Jangan khawatir, akupun berpikir demikian ketika menulis paragraf sebelumnya. Sempet tersirat "lah iya, toxic banget kehidupan mereview ini". Tapi sekarang tidak, karena bagiku, itu salah satu cara aku menjadi manusia yang produktif.
Kalo temen temen inget, aku pernah sampein tentang moto hidup yang kudapet iseng waktu SMP tapi malab keterusan dijadiin pegangan dalam merancang hidup sampe sekarang. Yaitu motto "smartwork not hardwork". Yupp, motto hidup yang iseng kucomot dari cover salah satu binder yang terjual di toko buku Merauke di Bandung itu jadi bagian dari alesan kenapa aku buat drakor sebagai salah satu caraku jadi manusia yang produktif. Yaa karena...
Kalo bisa dapet 2 dari kerjain 1, kenapa harus repot kerjain 2 hal?
Wkwkwk mungkin terdengar sepele dan menyebalkan, tapi itu beneran alasanku. Buatku, daripada aku larut dalam rasa bersalah karena ngabisin berjam-jam untuk nonton satu judul drama korea dan stress berhari hari mikirin bahan tulisan apa lagi yang bisa kuolah agar ashahala bermanfaat, mending aku gabungin aja keduanya. Ujungnya aku menyelesaikan 2 masalah dengan satu solusi. Paham kan maksudnya kemana? Yaa okee mungkin akan timbul lagi pertanyaan dari temen-temen
Lah bukannya tetep ga sehat? orang jadi korbanin hal yang menghibur diri sendiri demi bermanfaat buat orang lain.
Eittttssss itu tidak sepenuhnya benar. Aku memang mengorbankan hiburan itu seperti penjelasanku sebelumnya, tapi aku tidak sepenuhnya jadi korban. Tau kenapa? Karena aku jadi dapat waktu lebih banyak untuk menghibur diri melalui hal itu. Maksudnya begini. Sebelumnya, nonton drakor itu banyak kasih beberapa efek samping yang tidak baik, seperti;
-
Rasa bersalah karena ngabisin waktu berjam-jam untuk nonton. Kadang berujung jadiin nonton tuh kalo udah selesain sesuatu. Sifatnya jadi sebagai hadiah. Atau pecut diri dengan tontonan, "aku boleh nonton, asal udahnya kerjain ini dan ini".
-
Sakit hati waktu dinyinyir orang. Ketika orang mulai mempertanyakan ko kerjaannya nonton mulu, aku sakit hati. YA KARENA MEMANG BENER KERJAANKU NONTON MULU KAYA PENGANGGURAN. maaf emosi. Maksudnya aku jadi sakit hati bukannya mikir, padahal emang bener aku nonton terus kerjaannya.
-
Banyak kehilangan momen arus drama korea. Ini ga layak dibahas sih, tapi tetep bagian dari efek samping juga. Drama korea tuh musiman kan ya, kadang lagi serunya gini, serunya gitu. Nah ketika aku nontonnya tidak teratur karena 2 dampak sebelumnya kerap bikin aku berhenti nonton, aku kehilangan arus drama korea ini. Sayang banget aja gitu.
Nah, setelah mulai merubah drakor menjadi bahan tulisan itu, semua dampak yang kusebutkan tadi mulai berubah juga membuat aku tidak menjadi korban sekalipun mengorbankan hiburanku untuk sesuatu yang sifatnya pekerjaan. Karena setelah merubah hiburan tersebut, aku jadi lebih sering dan teratur nontonnya. Aku ga lagi perlu mikir harus kerjain apa supaya bisa dapet jatah nonton karena nonton sendiri udah aku jadiin kerjaan. Aku ga sakit hati lagi kalo dibilang "nonton terus" karena bisa jawab "ya gimana ya, orang kerjaan aku nulis review". Terakhir yang paling penting, aku ga lagi ketinggalan arus drama karena mau gamau aku nontonnya jadi rutin ngikutin arus itu.
Tentang nonton rutin itu jadi hal yang baru kusadari ternyata menjadi dampak yang malah sangat sehat untuk diriku. Ketika orang pikir jadi tidak sehat karena mengorbankan hiburanku itu, aku malah merasa semakin sehat karena ternyata sekarang hiburanku jadi lebih sering dan teratur. Yup, dengan ngerubah nonton jadi bahan ngereview, aku jadi dapet hiburan cukup sering tanpa kusadar. Wkwkwk jadi bukannya kehilangan peran hiburan itu hingga tergantikan menjadi pekerjaan, aku malah dapet pekerjaan yang sangat menghibur.
Begitu temen-temen. Nonton drama itu hanya salah satu contoh bagaimana aku merubah sesuatu menjadi hal yang produktif dalam hidup. Sebetulnya tidak perlu pergerakan yang besar dan krusial, kita bisa mulai berubah dari hal hal kecil yang mungkin sudah terlanjur kita kerjakan. Tidak juga perlu tindakan yang banyak, kadang hanya perlu merubah mindset untuk menjadi manusia yang produktif. Karena mungkin melalui mindset, tidak hanya merubah dan menghasilkan, kita bisa ikut mendapat banyak hal baik lain dalam hidup.
Di hidupku sendiri, mengambil langkah sebagai manusia yang produktif itu membuat aku jadi lebih memperhatikan peluang peluang besar dalam memulai sesuatu. Maksudnya, tidak harus selalu jatuh pada hal yang sudah dilakukan dan terlanjur buruk seperti kebiasaan menonton tadi, terkadang tuntutan menjadi produktif itu membuat aku melihat peluang peluang produk dari hal baru yang akan kumulai. Dan hal itu membuat aku jadi lebih banyak memperhatikan potensi dari diriku dan sekitar sehingga akupun tanpa sadar jadi mengulang perubahan itu berkali kali ke arah yang lebih baik.
Hmm mungkin itu maksudnya kbbi memberikan definisi "bersifat" juga pada kata produktif. Karena produktif ternyata tidak hanya kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, tapi juga kadang mencapai sifat untuk menghasilkan sesuatu itu.
Sekian, sampai ketemu nanti!
Komentar
Posting Komentar